Rabu, 10 November 2010

SEBUAH NAMA

Apalah arti sebuah Nama.. Pernah gak dengar kata-kata itu? mungkin pernah, dan mungkin sering. Aku mau bercerita tentang Namaku, Yovies sebuah Nama yang Aku miliki dan ternyata Nama itu diberikan oleh Bibiku, Adik dari Ibuku, tapi Aku gak pernah nanya ke Ibu kalo Nama itu siapa yang buat, waktu kecil Aku cuma pernah dengar Bibiku cerita kalo Dia yang udah ngasih Nama ke Aku, dan Aku dengar Nama itu tercipta gara-gara Bibiku menonton film barat, dan ada Nama pemeran atau Nama actionnya yang ujungnya vies gitu, kalo dalam gambaran Aku sih gitu dan mungkin Nama si jagoan dari film itu dan Orangnya pasti ganteng. Gara-gara ada vies-nya jadilah dibuat Bibiku Yovies. Dulu waktu masih kecil Aku sangat membenci Nama yang Aku miliki, bisa di bayangin gak selama 6 tahun Dari kelas 1 sampe kelas 6 SD Aku membenci Nama yang Aku miliki ini....
dan selalu berpikir untuk mengganti Nama itu, mungkin karna pikiran Anak yang masih kecil. Aku merasa Nama itu jelek dan selalu membuatku malu (wah pikiran Anak-anak emang lain ya). Awal-awal kebencianku terhadap Namaku adalah ketika masuk untuk kelas satu SD dan pembagian kelas dan dipanggil Namaku, dan entah mengapa disaat itu Aku merasa Namaku sangat jelek. Jeleknya Namaku dan yang dengar bukan hanya murid tapi juga Orang tuanya si murid dalam pikiranku. Dan pada saat masuk kelas pas menanti giliran Namaku ketika di Absen, Aku selalu merasa tertekan. Dan tekanan keras berlangsung setahun sekali ketika kenaikan kelas pada saat pembagian kelas, disitulah semua murid-murid berkumpul, pernah juga terlintas pikiran anehku saat itu adalah, kenapa Namaku tidak seperti Nama teman-temanku seperti Budi, yanto, udin, herman, atau Nama-nama biasa atau umumlah. Puncak kebencian Namaku ketika hari pertama memakai seragam putih biru, semua murid-murid yang jumlahnya ratusan dan ada yang didampingi Orang tuanya, dan kemungkinan 80 persen murid-murid yang tidak Aku kenal. Ketika menanti giliran di panggil untuk pembagian kelas memasuki kelas baru 1 SMP. Aku benar-benar sangat tertekan, sungguh aneh. Akhirnya masuk kekelas baru, seorang Ibu Guru pun masuk dan mengenalkan diri ternyata Wali murid kelas kami dan mengajar Bahasa Inggris tapi Aku lupa Nama Ibu Guru itu, dan akhirnya membuka buku yang agak panjang ternyata Absen, sambil berkata "Ibu Absen dulu ya", mulai perasaan tertekan ku timbul kembali disaat menanti giliran, Namaku dengan pangkal huruf kemungkinan terakir lagi. Tapi disinilah semuanya berakhir, stop semua kebencianku terhadap Namaku. Ketika Wali muridku memanggiku, Aku menunjukkan jari sambil berteriak "ada", dan Waliku langsung berdiri melihatku yang pada waktu itu Aku duduk di bangku nomor dua dari belakang, dan dengan tersenyum kepadaku sambil berkata "bagus banget Namanya".. Nah, disinilah pikiranku memproses ternyata Namaku cukup bagus, memang sih kalo di pikir-pikir selama 6 tahun memang gada Orang yang bilang Namaku jelek, Dasar pikiranku saja yang seperti di hantui. Setelah kejadian ini Hatiku terasa berbunga-bunga, bangga dengan Nama yang Aku miliki, cepet banget ya membenci selama 6 tahun hilang hanya dalam sekejab, seperti kemarau setahun dikalahkan hujan sehari, tapi beda artinya. Satu lagi kejadian seingatku yang meyakinkan lagi kalo Namaku tu emang bagus, dan Wali muridku lagi dalangnya, ketika pelajaran Bahasa Inggris dan memang Dia yang ngajar Waktu itu, setelah sedikit menerangkan Dia menulis di papan tulis dan sebelumnya dia sempat melihat Absen, ternyata Dia menjadikan Namaku sebagai Subjek dalam kata-kata Inggrisnya, dan kubaca ternyata pas banget Namaku di gabungkan dalam Bahasa Inggris, Dia juga menulis Nama temanku yang lain dan cocok juga ngebacanya, Nama temanku itu Telly yulita lumayan keren juga Namanya, Aku bisa bilang gitu karna waktu itu Aku sudah sadar dengan Namaku. Setelah menulis Wali muridku membaca dan menerangkannya pas banget ketika dia membaca Namaku dengan menggabungkan kata-katanya. Ini juga yang tambah menguatkanku kalo Namaku ternyata keren. Setelah kejadian itu Aku selalu senang kalo Namaku di panggil. Ada juga cerita lucu tentang Namaku, pagi itu ketika Aku masih SD, Aku di kejutkan dengan orang yang memanggil Namaku, ketika Aku keluar rumah untuk melihat siapa yang memanggil, tapi tidak ada Orang dan Aku melihat ke arah jalan ada Orang sambil memikul bakul, Aku terkejut ketika Dia berteriak lopes..lopes..lopes.. (e- nya di baca seperti orang madura jualan sate ya, "te sate") dan Aku tersadar ternyata Dia yang Aku kira tadi ada yang memanggilku, sekali dengar hampir sama kayak teman-temanku biasa memanggilku yopes.. yopes.. Ternyata seorang pedagang keliling yang memanggilku. Lopes sebenarnya sih lupis mungkin karna logat jadi lopes. Lopes adalah sejenis kue yang berbentk lupis atau segitiga yang terbuat dari ketan dan ditaburi sedikit kelapa parut, dan dilumeri cairan hitam manis yang terbuat dari gula abang atau gula merah, atau juga aren kalo gak salah, kalo ga tau gula abang. Biasanya kue itu bersahabat sama kue getuk yang terbuat dari ubi kayu atau singkong, ada lagunya tuh yang "getuk asale soko telo" berarti ketela ya. Jadi ngomongin soal makanan pake lagu segala. Aku masih saja sering tertipu sama penjual keliling itu, karna Dia seperti memanggilku. Dan sampe sekarang yang jual kue itu kadang-kadang Aku masih terdengar mungkin juga kadang-kadang masih lewat didepan rumah, tapi Aku gak tau apakah itu masih penjual yang sama sewaktu Aku masih kecil, masalahnya seingatku penjual itu Orangnya dah lumayan berumur. Coba klik Disini untuk mengartikan Nama.. Pernahkah berpikir dan mendengar Orang tua yang menanyakan kepada Anaknya, "Nak' apakah kamu senang dengan Nama yang di berikan kedua Orang tua mu ini kepadamu?"
Read More...

Minggu, 07 November 2010

HARGANYA BERAPA?

Ini menurut pengalamanku ketika Aku keluar Kota, tapi ini tidak dalam waktu yang bersamaan. Cerita ini di persingkat dan dipercepat, yang penting di pahami. Setelah nyebrang ke Pulau jawa, karna Aku tinggal di Pulau Sumatera, langsung aja. Jakarta, waktu itu makan ma temen dan sepupu dipinggiran atau biasa disebut warung tegal, udah selesai makan tanya harga, langsung terkejut mahal banget, mentang-mentang kami dari daerah lain, yang mungkin terlihat dari bahasa kami, jadi seenaknya matokin harga. Padahal yang jualan Orang dari Sumatera juga tapi lain bagian dan beda juga, jauh intinya. Yang jelas mahal dan gak enak, mendingan makan di tempat mahal sekalian yang bersih nyaman dan enak juga Elit. Tapi pernah juga makan sendirian ditempat lain, harganya standar dan rasa lumayanlah...
Bergeser sedikit untuk Bandung makan sama teman-teman, jelas-jelas di pinggiran tempatnya. Pas selesai tanya harga wow lumayan mahal dan gak enak. Tapi pernah juga makan ditempat lain sama teman harga standar rasa masih lumayan enak. Bergeser ke Surabaya makan ma teman selesai tanya harga, wow murah banget padahal pake acara nambah, oala untuk rasa enak. Bukan hanya Surabaya Kota lain juga Malang, Batu, Sidoarjo, Jombang, Solo, dan Daerah lain yang Aku lupa Namanya. Yang jelas Jatim murah dan enak. Nyebrang ke Kota Bali, nah disinilah perbedaannya, kata orang kalo di Bali belanja atau makan gak boleh nawar. Di Pantai Kuta makan sama keluarga sarapan di pinggiran pantai, tapi emang gak pantas buat nawar, harga standar lumayan enak. Terus belanja barang-barang contoh pakaian dan pernak-pernik, waktu itu perasaan di tawar terus ma Ibuku tapi kok gak marah yang jual, Sepupu-sepupu juga belanja pada nawar dan gak ada penjual yang marah. Ditempat-tempat juga gak ada yang marah pas nawar, lupa Nama tempat Wisatanya. Nah ini pas di Bedugul kalo gak salah Nama tempat Wisatanya, waktu kami sekeluarga mau makan sate, yang jual Ibu-ibu pake Jilbab berarti Muslim, kan di Bali mayoritas beragama Hindu, jadi ditempat-tempat Wisata di Bali sulit cari Musholah. Di warung sate Suaminya Sepupuku nanya berapa satu porsinya, dijawab penjual 12 ribu, terus entah kenapa tiba-tiba Suaminya Sepupuku bilang atau menawarlah, 10 ribu saja ya, Orang banyak ni yang mau makan katanya, emang waktu itu lagi liburan keluarga banyak yang ikut. Nah tau gak apa jawaban si penjual, Ibu itu bilang, Pak’ disini gak boleh di tawar itu harga dah lumayan pas standar, dengan sambil mengeluarkan ekpresi marah itu penjual. Yaudah makan, lumayan enak. Sempet kesel sih, kemungkinan kalo Aku yang nawar gak jadi beli disana. Ternyata memang ada di Bali yang katanya kalo belanja gak boleh nawar, tapi ditempat-tempat tertentu saja kayaknya, jadi kalo gak mau sakit hati ya hati-hati saja kalo mau nawar. Kembali ke mahal, di Palembang juga ada, waktu itu makan di daerah pasar ma My Dear, udah tempatnya kotor, rasa gak enak banget, mahal minta ampun ngelewati harga mahal, mendingan makan di restoran sekalian. Mungkin cukup sekali saja kalo orang yang sempet makan disana. Nyesel banget, kirain dari tempat mungkin murah, tapi apa ternyata salah besar. Mau hemat jadi boros. Jadi di setiap Daerah tu memang ada yang mahal dan ada yang murah juga rasa yang berbeda, jadi pintar-pintarlah memilih dan jangan terpengaruh oleh tempat. Kembali ke soal patok mematok harga, di Palembang tapi di daerahnya lagi, bisa dibilang kabupatennya Sum-Sel Cuma lebih kurang 3 jam perjalanan, waktu itu makan ma teman disebuah rumah makan kecil di dekat pasar. Sambil makan sambil cerita-cerita sama pemilik warung seorang Ibu-ibu yang sedikit sudah berumur, pemilik warung nanya dari mana, dan di jawab temen dari Palembang. Selesai makan tanya harga, sungguh benar-benar terkejut, tapi gak bisa berontak Cuma bisa menunjukkan ekpresi saja sambil bayar. Sungguh kelewat mahal, bener-bener mahal di hitung-hitung harga satuan yang udah mahal masih gak cukup dengan harga yang diberikan Ibu tua itu. Bener-bener beda sama kota di Pulau Jawa yang Aku ingat di Surabaya, makan, cerita-cerita terus ngomong dari Daerah lain malah makanan di tambahin dan di murahin. Emang beda sama di Sumatera terutama di bagian Daerah.
Read More...